
'Bukankah karena itu aku ada?" rengekku berlogika.
"Bukan..." ucapnya lembut... aku terpesona.
Dan... seluruh perhatianku yang terpecah kini bermuara pada mata teduhnya.
Mulanya berontak untuk kemudian pasrah, ketika dada ini mulai bergetar karena keindahan. Seluruh emosiku meluap...aku terpapar pada kecemerlangan...entah apa. Mata itu...aku seperti melihat seluruh keberadaanku, kehidupanku...mengejanya... satu persatu. Dan sesuatu tlah bergetar melingkupiku dengan intensitas yang tak kukenali... logika ini enggan membacanya.