Rabu, 26 Agustus 2009

JANGAN AKU TANYAI ITU...


"Tapi kenapa kamu ga sholat...?" tanyanya disela keheningan. Bukan Apa-apa, tapi tanya itu tersulut dari segunung harapan dan sebuah perasaan kecewa tentang masa depan, status, keluarga, relationship...entah apalagi.

Tibatiba rentetan prediksi masa depan menerjangku. Melompat satu-satu dalam pikiranku dan aku terhanyut disana.. sekilas.. hanya sekilas saja, namun perjalanan itu sungguh sangat jauh....kemasa depan.....

Didepan matanya yang penuh tandatanya, aku terdiam...terbungkam. Seketika teringat tentang rentang perjalanan hidup, dimana tiap saat dalam hidupku terahir, aku mencoba mendekat padaNya, menalikan bagian hidupku untukNya, sebuah pencarian... pendekatan... penyatuan... perjalanan dimana bagiku begitu menakjubkan. Tak terbayangkan siapapun, bahkan olehku sendiri!!

"Kenapa...???" tanyanya lagi...
Aku terbungkam. Tak bisa menumpahkan seluruh jawabanku atas pertanyaan sederhana itu. Aku tak tahu darimana harus kumulai. Ingin rasanya menumpahkan seluruh perjalanan hidupku saat itu juga. Mentransfer apa yang ada dalam benakku...namun tak bisa.

Minggu, 24 Mei 2009

BUAH PIKIRAN...



Kemarin Dia bercerita tentang sebuah biji dalam genggaman tanganNya.
"Lihatlah biji kecil ini!" kataNya sambil mengulurkan tangan tepat dihadapanku.
"Didalam sebutir biji ini akan kau temukan jutaan kehidupan, panen yang berlimpah ruah...tak terbayangkan."
"Maksud Guru apa?" otak bebalku bertanya.
"Tanamlah biji yang baik ini di tanah yang sesuai dengannya. Rawtlah dengan kasih, siram dan pupuklah dengan kepedulian. Maka dia akan tumbuh dengan sangat baik. Lalu pada saatnya nanti dia akan berbuah dengan lebat. Perhatikanlah...dalam buahnya, disana telah tertata ribuan biji yang sama persis dengan ini...yang juga mengandung jutaan kehidupan pula. Tanamlah biji itu seperti juga biji ini...lalu kau akan mendapati pohonnya tumbuh dan panen yang berlimpah ruah. Bukankah itu menakjubkan?"
"Mmm..ya aku paham itu Guru. Tapi kenapa Guru bercerita tentang biji? Aku kesini bukan untuk itu Guru...maafkan muridmu ini."
Kulihat dia tersenyum. senyum yang takkan pernah kudapatkan dari siapapun. senyum yang terbaluri kasih...begitu manis.
"Biji ini..."kataNya kemudian. "adalah biji yang kudapatkan dari buah pikiranmu. Ketika pikiranmu jernih dan positif, maka didahan-dahannya ada buah kebaikan dimana dalam buah itu terrangkum ribuan biji kebaikan pula. Tanamlah kebaikan itu pada tempat yang seharusnya. Maka biji kebaikan itu akan tumbuh dengan baik. Bila kau merawatnya dengan kasih, bijak dan kepedulian, maka pohon itupun akan berbuah kebaikan dimana dalam tiap buahnya terselip benih-benih kebaikan pula. Dan bila kau tanam biji-biji itu, maka panenmu dimasa depan akan berkelimpahan."
"Aku tahu Guru...aku mengerti."
"Tidak...kata-katamu itu justru menunjukkan bahwa kau tidak mengerti. Biji ini masih dalam genggamanku. Bagaimana mungkin kau telah memanennya? Bahkan kau tanampun belum, bagaimana mungkin kau melihatnya telah tumbuh?"
Aku tersadar...aku salah akan ucapanku...penilaianku.
"Inilah biji itu. Kau harus menanamnya, bukan dengan intelek dan pikiranmu, tapi dengan kasih, kebijaksanaan dan kepedulianmu. Panenlah nanti bila telah masanya harus di panen. Sebarkan lagi...dan sebarkan tak henti...Dan satu hal lagi, janganlah kau berharap akan buahnya. Karena tanpa harapanmu itu, dia tetap akan berbuah. Dan bila kau jauhkan harapanmu akan buah itu, pohon ini...biji ini...akan tumbuh bebas tanpa
beban. Itulah keseimbangan...itulah kebenaran."

Rabu, 25 Maret 2009

dalam keheningan kita akan melihat Tuhan dengan lebih jelas


Dia memanggilku ketika aku melintasi dunia dengan sayap2ku, mengedari bumi, mendekap keindahannya seperti seorang kekasih... tak ingin melepasnya!!!

'Bukankah karena itu aku ada?" rengekku berlogika.
"Bukan..." ucapnya lembut... aku terpesona.
Dan... seluruh perhatianku yang terpecah kini bermuara pada mata teduhnya.
Lalu tiba2... seperti pusaran air raksasa, mata itu menarikku.
Mulanya berontak untuk kemudian pasrah, ketika dada ini mulai bergetar karena keindahan. Seluruh emosiku meluap...aku terpapar pada kecemerlangan...entah apa. Mata itu...aku seperti melihat seluruh keberadaanku, kehidupanku...mengejanya... satu persatu. Dan sesuatu tlah bergetar melingkupiku dengan intensitas yang tak kukenali... logika ini enggan membacanya.
"Disinilah seharusnya kau berada..." suara itu, sepertinya muncul dari dalam kepalaku. Mata teduh itu kini tak ada lagi. Aku sendiri...Sejenak aku merasakan keheningan yang tak terbayangkan...Keindahan itu membungkamku, aku tak ingin mengusiknya...ketika tiba2 seluruh keadaanku kembali lagi, aku segera bersujud dengan segenap batin dan jiwaku.

Senin, 09 Maret 2009

Hikmah Pengetahuan

mengembara sejauh peradaban, memetik hikmah pada pohon kehidupan, betapa bijaksananya... kita selayaknya menjadikan pengetahuan sebagai samudera, merenanginya, merangkum keluasan, melingkupi nalar dengan kesegarannya, agar kebajikan tumpah ruah...dan bumi hidup lagi.

Lalu...bila senja mengusung kesederhanaan, dan bumi tak bergolak lagi...keindahan dan kebahagiaan tak perlu kita caricari  lagi.

Minggu, 01 Maret 2009

keindahan batin

Menjamah langit dengan mata telanjangku, sesaat setelah rinai mendekap bumi...batin ini merekah...meluapkan kebahagiaan, menenggelamkan kekeruhan pikirku, yang tlah seharian membenam akarnya pada arus dunia...

Aku sendiri, dalam titik kecil yang mengembang, meluas menjadi serpihserpih keindahan, terus meluas, menelan bumi...semesta...menelan diriku sendiri...menelan apaapa yang ada..ruang...waktu...hidup...ada dan tiada, tak lagi terkata.

hmm...

............

.....setiap kali...aku ingin mengulangnya lagi.

Sang Waktu III

Tiba- tiba, kejadian bergerak super cepat, melebihi kecepatan waktu, hingga seakan waktu tak mampu membatasinya. Perjalanan yang harusnya begitu lama hanya jadi kilasan sangat singkat, bahkan sebelum pikiran itu sendiri mampu mencerapnya...amatlah menakjubkan.

lalu...apakah jadinya waktu, bila sang waktu sendiri tak mampu lagi membatasi?

Sang Waktu II

Saat segala diam tak bergerak,

Saat kita meluas tak terbatas,

melampaui pikiran-pikiran kita, melampaui apa saja, 

menjelajah hinga sudut2 terjauh,

...tak terbayangkan

Kita baru tahu, baru sadar...

bukankah tak ada lagi waktu?